Surat Al-Hajj Ayat 52
وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ وَّلَا نَبِيٍّ اِلَّآ اِذَا تَمَنّٰىٓ اَلْقَى الشَّيْطٰنُ فِيْٓ اُمْنِيَّتِهٖۚ فَيَنْسَخُ اللّٰهُ مَا يُلْقِى الشَّيْطٰنُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ ۙ ٥٢
52. Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi sebelum engkau (Nabi Muhammad), kecuali apabila dia mempunyai suatu keinginan,505) setan pun memasukkan (godaan-godaan) ke dalam keinginannya itu. Lalu, Allah menghapus apa yang dimasukkan setan itu, kemudian Allah memantapkan ayat-ayat-Nya (dalam hati orang-orang beriman). Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana,
505) Sebagian mufasir mengartikan tamannā dengan ‘membaca’ dan umniyyatihi dengan ‘bacaannya.’ Maksudnya, apabila Nabi saw. membaca suatu ayat yang isinya memberikan peringatan kepada orang-orang kafir, mereka segera mengikuti bacaan Nabi saw. dengan tambahan kata-kata yang membenarkan keyakinan mereka.
Asbabun Nuzul Surat Al-Hajj Ayat 52
Ibnu abi Hatim, Ibnu Jarir dan ibnul Mundzir meriwayatkan dengan sanada yang shahih dari ibnu az-Zubair bahwa Nabi saw di Mekah membaca, “demi bintang..” sampai pada ayat ke 20. Maka setan berkata,” itu termasuk kenikmatan yang paling utama dan sesungguhnyapertolongan mereka (latta dan uzza) sangatlah dibutuhkan, sehingga ornag-orang musyrik berkata,” sebelum ini dia tidak pernah memuji tuhan-tuhan kita.” Maka beliau sujud dan mereka pun iktu sujud. Maka turunlah ayat ini. Diriwayatkan juga oleh al-Bazzar dan ibnu Mardawaih dari said ibnuz zubair dari Ibnu Abbas.
Hadis ini tidak diriwayatkan secar Muttashil kecuali dengan sanad ini. Hanya Umayyah bin Khalid yang meriwayatkannya secara muttashil , dan ia adalah orang yang Tsiqah dan Masyhur. Sedangkan Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan sanad yang didalamnya terdapat al-Waqidi. Ibnu Mardawaih menyebutkannya dari al-kalbi dari Abu Shaleh dari Ibnu Abbas. Sementara Ibnu Jarir dari al-Aufi dari Ibnu Abbas. Ibnu ishaq menyebutkannya dalam as-sirah dari Muhammad bin Ka’ab. Musa bin Uqbah dari Ibnu Syihab. Ibnu Jarir dari Muhammad bin Qais. Ibnu abi Hatim dari as-Suddi. Semuanya dengan makna yang sama. Dan semua riwayat itu, jika tidak dhaif, maka Munqthi’ , kecuali jalur Ibnu Jubair yang pertama. Ibnu hajar berkata, “akan tetapi banyaknya jalur periwayatan menunjukan bahwa kisah tersebut punya asal, disamping dia punya dua jalur yang shahih-sekalipun mursal yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, salah satunya dari az-Zuhri dari Abu Bakr bin Abdurrahman bin al-Haris bin Hisaym dan yang kedua dari Dawud bin Abi Hind dari abul Aliyah. Tidak benar perkataan Ibnul Arabi dan Iyadh bahwa riwayat-riwayat ini batil dan tidak punya landasan.
Kitab Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul diatas diambil dari terjemahan kitab Lubaabun Nuqul fi Nuzulul Qur’an karya imam Suyuthi.
Mohon maaf jika ada kekeliruan dalam penulisan, silahkan dikomentari. Terima kasih